Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Singkat Tentang Filsafat

Terkait dengan pengertian filsafat, perlu ditegaskan di sini bahwa dalam garis besarnya filsafat minimal mempunyai tiga dimensi besar, yakni:
1.      dimensi epistemologis
2.      dimensi ontologis
3.      dimensi aksiologis
Inilah keseluruhan filsafat dalam garis besar yang ringkas. Untuk itu agar lebih jelas tentang kapling-kapling filsafat dimaksud adalah sebagai berikut:
1.Dimensi epistemologis, yakni dimensi yang membicarakan bagaimana cara memperoleh pengetahuan. Runes (1971: 94) dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemology is the branch of philosophy which investigates the origin, structure, methods and validity of knowledge. Itulah sebabnya sehingga sering disebut dengan istilah filsafat pengetahuan, karena ia membicarakan hal pengetahuan. Untuk hal ini ada beberapa aliran yang membicarakan, seperti:
Aliran empirisme, yakni kata yang berasal dari kata Yunani empeirikos yang asal katanya adalah empeiria, artinya pengalaman. Oleh sebab itu, menurut aliran ini bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. John Locke (1632-1704), bapak aliran ini pada zaman Modern mengemukakan teori tabula rasa yang dalam bahasa Indonesia adalah meja lilin. Maksudnya adalah bahwa manusia pada mulanya kosong dari pengetahuan, kemudian pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, sehingga manusia memiliki pengetahuan.
Aliran Rasionalisme, yakni aliran yang menyatakan bahwa “akal adalah dasar kepastian pengetahuan”. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Menurut aliran ini, bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek. Bapak aliran ini di zaman Modern adalah Rene Descartes (1596-1650), ini benar. Akan tetapi sesungguhnya paham semacam ini sudah ada jauh sebelum itu, yakni orang orang Yunani Kuno telah meyakini juga bahwa akal adalah alat dalam memperoleh pengetahuan yang benar, lebih-lebih pada Aristoteles yang teleh disebutkan di depan. Di samping kedua aliran ini masih banyak aliran filsafat yang belum disebutkan di sini.
2.Dimensi ontologis, hal ini setelah membenahi cara memperoleh pengetahuan, filsuf mulai menghadapi objek-objeknya untuk memperoleh pengetahuan. Objek-objek itu dipikirkan secara mendalam sampai pada hakikatnya. Inilah sebabnya bagian ini dinamakan  teori hakikat, yang biasa disebut dengan istilah ontologi (Ahmad Tafsir, 2009: 28). Bidang bahasan dalam dimensi ontologis ini sangat luas, yakni segala yang ada, dan yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai (yang dicarinya ialah hakikat pengetahuan dan kakikat nilai).
3.Dimensi aksiologis, bahwa dalam dimensi ini seandainya ditanyakan kepada Socrates atau Nietzsche tentang apa guna filsafat, agaknya mereka akan menjawab bahwa filsafat dapat menjadikan manusia menjadi manusia. Artinya, dengan filsafat orang akan bisa menjadi orang bijaksana. Namun bila melihat rumusan ini nampaknya terlalu umum, sehingga sulit dipahami. Untuk memahami kegunaan filsafat di tingkat teknis operasionalnya, dapat dimulai dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, pertama filsafat sebagai kumpulan teori, kedua filsafat sebagai pandangan hidup (philosophy of life), dan ketiga filsafat sebagai metode pemecahan masalah (Ahmad Tafsir, 2009: 42).
Filsfat sebagai kumpulan teori filsafat, digunakan untuk memahami dan mereaksi dunia pemikiran. Sedangkan filsafat sebagai philosophy of life (pandangan hidup) ini sangat penting untuk dipelajari, sebab dalam hal ini fungsinya mirip dengan agama (Ahmad Tafsir, 2009: 42). Dalam posisi ini filsafat dapat menjadi jalan kehidupan. Jika dalam agama X dikatakan bahwa agama X  itu adalah jalan kehidupan, maka filsafat sebagai filsafat hidup demikian juga halnya. Ia menjadi pedoman. Isinya berupa ajaran dan ajaran itu dilaksanakan dalam kehidupan. Perbedaannya agama dengan filsafat adalah bila filsafat dipandang sebagai teori, maka teori itu ada yang dipakai dan ada yang tidak dipakai, ada yang diakui kebenarannya dan ada yang tidak diakui. Intinya bahwa filsafat sebagai philosophy of life gunanya untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan, lebih singkat lagi: untuk dijadikan agama  (Ahmad Tafsir, 2009: 43). Dan selanjutnya, bahwa filsafat sebagai metodology dalam memecahkan masalah, ada berbagai cara yang ditempuh orang bila hendak menyelesaikan sesuatu masalah. Seperti memecahkan masalah dengan  cara sains, sehingga hal ini pusat perhatiannya pada fakta empiric, namun ada juga yang menyelesaikan masalah dengan cara filsafat, dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian singkat di atas, dapatlah dikatakan bahwa dimensi aksiologis dari filsafat adalah berupa kegunaan filsafat dan itu luas sekali. Di mana pun dan pada apa pun filsafat diterapkan di situ filsafat memiliki kegunaan. Bila digunakan dalam pedidikan, maka akan dapat dilihat bahwa filsafat berguna bagi pendidikan, bila digunakan dalam bahasa, ia berguna bagi bahasa, dan bila digunakan dalam agama, maka filsafat juga dapat dilihat bahwa filsafat berguna bagi agama, dan seterusnya. Inilah pemehaman filsafat dalam dimensi aksiologis.

Posting Komentar untuk "Pengertian Singkat Tentang Filsafat"

close