Khutbah Jum'at : Keistimewaan Hari Jum'at Yang Sering dilupakan
Khutbah I
الحَمْدُ
لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ
بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ
يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ.
اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى
آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ،
فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ،
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا اَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Hari
Jumat tergolong unik dalam Islam. Dari segi penamaan, pilihan nama
“Jumat” berbeda dari nama-nama hari lainnya. Kata “Jumat “ Qamus Al-Lughah Al-Arabiyah Al-Ma'ashir dapat dibaca dalam tiga bentuk: Jumu'ah, Jum'ah, dan Juma'ah, yang berarti berkumpul. Sementara hari-hari lain memiliki makna yang mirip dengan urutan angka hari dalam sepekan: Ahad (hari pertama), Isnain (hari kedua), tsulatsa (hari ketiga), arbi’a (hari keempat) dan khamis (hari kelima), serta sabt yang berakar kata dari sab’ah (hari ketujuh).
Pada masa Arab Jahiliyah nama-nama hari terdiri dari Syiyar (Sabtu), Awwal (Ahad), Ahwan (Senin), Jubar (Selasa), Dubar (Rabu), Mu’nis (Kamis), dan ‘Arubah (Jumat).
Nama-nama tersebut kemudian diubah dengan datangnya Islam. Rasulullah
tidak hanya melakukan revolusi moral tapi juga revolusi bahasa.
Kata-kata dianggap kurang tepat dimaknai ulang sehingga sesuai dengan
nilai-nilai Islam. Di kalangan masyarakat Arab Jahiliyah, ‘Arubah merupakan momentum untuk menampilkan kepongahan, kebanggaan, berhias, dan semacamnya.
Dalam Islam ‘Arubah berubah menjadi Jumu‘ah yang mengandung arti berkumpul. Tentu saja lebih dari sekadar berkumpul, karena dalam syari’at, Jumat mendapatkan julukan sayyidul ayyâm atau rajanya hari. Dengan kata lain, Jumat menduduki posisi paling utama di antara hari-hari lainnya dalam sepekan.
Al-Imam al-Syafi’i dan al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Sa’ad bin ‘Ubadah sebuah hadits:
سَيِّدُ
الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَهُوَ أَعْظَمُ مِنْ يَوْمِ
النَّحَرِ وَيَوْمُ الْفِطْرِ وَفِيْهِ خَمْسُ خِصَالٍ فِيْهِ خَلَقَ
اللهُ آدَمَ وَفِيْهِ أُهْبِطَ مِنَ الْجَنَّةِ إِلَى الْأَرْضِ وَفِيْهِ
تُوُفِّيَ وَفِيْهِ سَاعَةٌ لَا يَسْأَلُ الْعَبْدُ فِيْهَا اللهَ شَيْئًا
إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ مَا لَمْ يَسْأَلْ إِثْمًا أَوْ قَطِيْعَةَ
رَحِمٍ وَفِيْهِ تَقُوْمُ السَّاعَةُ وَمَا مِنْ مَلَكٍ مُقّرَّبٍ وَلَا
سَمَاءٍ وَلَا أَرْضٍ وَلَا رِيْحٍ وَلَا جَبَلٍ وَلَا حَجَرٍ إِلَّا
وَهُوَ مُشْفِقٌ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ
“Rajanya
hari di sisi Allah adalah hari Jumat. Ia lebih agung dari pada hari
raya kurban dan hari raya Fithri. Di dalam Jumat terdapat lima
keutamaan. Pada hari Jumat Allah menciptakan Nabi Adam dan
mengeluarkannya dari surga ke bumi. Pada hari Jumat pula Nabi Adam
wafat. Di dalam hari Jumat terdapat waktu yang tiada seorang hamba
meminta sesuatu di dalamnya kecuali Allah mengabulkan permintaannya,
selama tidak meminta dosa atau memutus tali shilaturrahim. Hari kiamat
juga terjadi di hari Jumat. Tiada Malaikat yang didekatkan di sisi
Allah, langit, bumi, angin, gunung dan batu kecuali ia khawatir
terjadinya kiamat saat hari Jumat.”
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Di
antara kita kadang lupa, tak merasakan, keutamaan hari Jumat karena
tertimbun oleh rutinitas sehari-hari. Kesibukan yang melingkupi kita
tiap hari sering membuat kita lengah sehingga menyamakan hari Jumat tak
ubahnya hari-hari biasa lainnya. Padahal, di tiap tahun ada bulan-bulan
utama, di tiap bulan ada hari-hari utama, dan di tiap hari ada
waktu-waktu utama. Masing-masing keutamaan memiliki kekhususan sehingga
menjadi momentum yang sangat baik untuk merenungi diri, berdoa, bermunajat, berdzikir, dan meningkatkan ibadah kepada Allah ﷻ.
Keistimewaan hari Jumat bisa dilihat dari disunnahkannya mandi Jumat. Dalam Al-Hawi Kabir
karya al-Mawardi, Imam Syafi’i menjelaskan bahwa kendati shalat Jumat
dilaksanakan pada waktu shalat dhuhur, mandi Jumat boleh dilakukan
semenjak dini hari, setelah terbit fajar. Mandi adalah simbol kebersihan
dan kesucian diri. Setelah mandi, seseorang dianjurkan untuk memakai
pakaian terbaik, terutama warna putih, sebelum berangkat menuju shalat
Jumat.
Dalam hal ini, umat Islam diperingatkan untuk menyambut hari istimewa itu dengan kesiapan dan penampilan yang juga istimewa.
Dalam Bidâyatul Hidâyah, Imam Abu Hamid al-Ghazali menyebut hari Jumat sebagai hari raya kaum mukmin (‘îdul mu’minîn).
Imam al-Ghazali bahkan menyarankan agar umat Islam mempersiapkan diri
menyambut hari Jumat sejak hari Kamis, dimulai dengan mencuci baju, lalu
memperbanyak membaca tasbih dan istighfar pada Kamis petang karena
saat-saat tersebut sudah memasuki waktu keutamaan hari Jumat.
Selanjutnya, kata Imam al-Ghazali, berniatlah puasa hari Jumat sebagai
rangkaian dari puasa tiga hari berturut-turut Kamis-Jumat-Sabtu, sebab
ada larangan puasa khusus hari Jumat saja.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Hari
Jumat juga menjadi semacam konferensi mingguan bagi umat Islam, karena
di hari Jumatlah ada shalat berjamaah dan khutbah Jumat. Setiap umat
Islam laki-laki yang tak memiliki uzur syar’I wajib ‘ain
melaksanakannya. Artinya, lebih dari sebatas berkumpul, Jumat adalah
momen konsolidasi persatuan umat sekaligus memupuk ketakwaan melalui
nasihat-nasihat positif dari sang khatib. Tentu keutamaan ini bersamaan
dengan asumsi bahwa jamaah melaksanakan shalat Jumat dengan kesungguhan
penuh, menyimak khutbah secara baik, bukan cuma rutinitas sekali sepekan
untuk sekadar menggugurkan kewajiban.
Amalan-amalan
utama hari Jumat juga bertebaran. Di antaranya adalah memperbanyak baca
shalawat, memperbanyak doa, bersedekah; membaca Surat al-Kahfi, Surat
al-Ikhlas, Surat al-Falaq, dan Surat an-Nas, serta ibadah-ibadah
lainnya. Masing-masing amalan memiliki fadhilah yang luar biasa.
Imam as-Suyuthi dalam kitabnya, ‘Amal Yaum wa Lailah, mengatakan:
ويقرأ
بعد الجمعة قبل أن يتكلم: الإخلاص والمعوذتين (سبعا سبعا). ويكثر من
الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم سوم الجمعة وليلة الجمعة.ويصلى راتبة
الجمعة التي بعدها في بيته لا في المسجد. وما ذا يفعل بعدها؟ ويمشى بعدها
لزيارة أخ أو عيادة مريض أو حضور جنازة أو عقد نكاح
“Nabi
ﷺ membaca Surat al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas usai shalat Jumat
sebanyak tujuh kali dan beliau juga memperbanyak shalawat pada hari
Jumat dan malamnya. Ia juga mengerjakan shalat sunah setelah shalat
Jumat di rumahnya, tidak di masjid. Setalah itu apa yang dilakukan Nabi
SAW? Beliau mengunjungi saudaranya, menjenguk orang sakit, menghadiri
jenazah (bertakziah), atau menghadiri akad nikah.”
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Dengan
demikian, umat Islam seolah diajak untuk menjadikan hari Jumat sebagai
hari khusus untuk memperbanyak ibadah. Tidak jarang, Jumat dijadikan
oleh para ulama untuk mengistirahatkan diri sejenak dari hiruk-pikuk
kesibukan duniawi, untuk mengkhususkan diri beramal saleh di hari Jumat.
Sebagaimana dilakukan Rasulullah, hari Jumat bukan semata untuk
meningkatkan ritual ibadah kepada Allah tapi juga berbuat baik kepada
sesama, seperti bersilaturahim, berempati kepada orang yang kena
musibah, dan lain-lain.
Karena itu pula dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Qadla’i dan ibnu Asakir dari Ibnu Abbas disebutkan:
الجمعة حج الفقراء
“Jumat adalah hajinya orang-orang fakir.”
Hadits
tersebut adalah penegasan tentang betapa istimewanya hari Jumat
dibanding hari-hari biasa lainnya. Karena itu patut bagi kita untuk
meluangkan waktu sejenak untuk berkontemplasi (muhasabah),
menaikkan kualitas ibadah kepada Allah, memperbaiki hubungan sosial,
serta memperbanyak amal-amal sunnah lainnya. Cukuplah enam hari kita
sibuk dan larut dalam kesibukan duniawi. Apa salahnya menyisihkan satu
hari untuk menyegarkan kondisi rohani kita agar tidak layu, kering, atau
bahkan mati. Semoga khatib al-faqir dan jamaah sekalian dapat
melaksanakan anjuran ini dengan sungguh-sungguh dan penuh kesadaran
diri.
بَارَكَ
الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ
بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ
الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ
تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ
اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ
اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى
وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ
لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ
اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ
وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا
اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ
وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً
يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Dikutip dari : nu.or.id
Posting Komentar untuk "Khutbah Jum'at : Keistimewaan Hari Jum'at Yang Sering dilupakan"